Sabtu, 16 April 2011

LAPORAN BIOSEL-KULAP EIJKMAN

LAPORAN KULIAH LAPANGAN
BIOLOGI SEL DAN MOLEKULER
LEMBAGA EIJKMAN










Disusun oleh:
Selni Asih Rahayu 070614
Siti Ida Widiawati 070663
Siti Sri Nurpadillah 070665
Yurnalis 070677
VI-B



PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
SERANG
2010

PROFIL EIJKMAN

A. Sejarah Eijkman
Lembaga Biologi Molekul Eijkman (dikenal Lembaga Eijkman) merupakan lembaga riset negeri dengan misi untuk mengembangkan pengetahuan mendasar di bidang biologi molekular serta menerapkan pengetahuan tersebut untuk pemahaman, pengenalan, pencegahan dan pengobatan penyakit pada manusia. Lembaga ini bertanggungjawab langsung kepada Menteri Negara Riset dan Teknologi RI. Nama Eijkman diambil dari direktur pertama lembaga penelitian ini yakni Christiaan Eijkman, penemu pertama vitamin dan pernah meraih hadiah Nobel. Sejak 1992, lembaga ini dipimpin oleh Profesor Sangkot Marzuki sebagai Direktur.
Eijkman pertama kali didirikan oleh Cristian Eijkman pada tahun 1888. Lembaga penelitian Eijkman ini didirikan atas dasar penelitian penyakit-penyakit yang ada pada masa penjajahan. Kemudian para penjajah merusak dan menutup lembaga penelitian ini karena di duga lembaga penelitian ini membuat bom dan senjata nuklir lain untuk melawan dan memberontak para penjajah.
Profesor Eijkman mendirikan lembaga eijkman di dua tempat yaitu di indonesia dan di Belanda. Setelah lembaga eijkman diindonesia ditutup oleh para penjajah, kemuadian dibuka kembali oleh Bapak presiden Habibie pada tahun 1992, dan diresmikan kembali oleh presiden Soeharto pada tangga 19 September 1995.

B. Visi dan Misi
1. Visi dari pendirian Lembaga Biologi Molekuler Eijkman adalah untuk memacu pengembangan bioteknologi nasional dengan membangun kemampuan dan budaya ilmiah yang kokoh sebagai landasan. Strategi umum yang dipesankan kepada Lembaga Eijkman untuk mencapai tujuan ini adalah dengan pertama mengembangkan diri sebagai pusat unggulan (centre of excellence) yang diakui secara nasional dan internasional berdasarkan kewenangan ilmiahnya. Kewenangan ilmiah inilah, berlawanan dengan kewenangan struktural, yang merupakan kunci untuk tahap selanjutnya cjimana kemampuan dan budaya ilmiah yang unggul ini ditular-luaskan secara nasional melalui efek bola salju (snowball effect).
2. Misi dari Lembaga Eijkman adalah untuk meningkatkan pengetahuan mendasar dalam bidang biologi molekul, serta menerapkan pengetahuan tersebut untuk pemahaman, pencegahan dan pengobatan penyakit pada manusia.
C. Tujuan Khusus
1. Memacu dan melaksanakan penelitian Fundamental yang diarahkan pada penerapan biologi molekul terutama dalam ilmu kedokteran.
2. Menyediakan fasilitas pendidikan pascasarjana yang bermutu internasional dalam biologi molekul dan rekayasa biomolekul.
3. Menjadi sumber daya nasional untuk keahlian dan teknologi mutakhir dalam biologi molekul.
4. Memacu perkembangan kemampuan bioteknologi di Indonesia dengan menjadi simpul utama dalam jaringan kerjasama ilmiah nasional.
5. Menggunakan teknologi tersebut untuk meningkatkan pengetahuan dalam pengenalan, pengobatan dan pencegahan penyakit.
6. Mendorong kerja sama ilmiah internasional dengan mengadakan hubungan kerja resmi dengan Institusi ilmiah asing dan dengan mengundang tamu ilmuwan asing.
7. Menghasilkan reagens baru dengan cara rekayasa biomolekul mutakhir untuk pengenalan dan pengobatan berbagai penyakit.
8. Menarik dana dari sumber dalam dan luar negeri berdasarkan pengakuan internasional atas keunggulan Lembaga.

D. Topik Penelitian di Eijkman
1. Transduksi (kelainan transduksi energi) energi di bidang mitokondria, yaitu penuaan buta, tuli dan lain-lain.
2. Kelainan-kelainan atau penyakit yang meneliti penyakit malaria, syaraf, kebutaan, dan penuaan.
3. Ketahanan inang terhadap malaria yang cakupan penelitiannya mengenai bagaimana cara malaria menginfeksi inangnya dan apa yang menyebabkan malarian tahan terhadap obat.
4. Keragaman genom hepatitis. Menitikberatkan pada hepatitis B dan C. Dalam pembuatan vaksin, lembaga ini bekerja sama dengan PT. Biofarma. Protein (ABSAG) untuk menghasilkan vaksin diimpor dari Korea.
5. Identifikasi DNA. Tujuan untuk membantu polisi dalam mengungkapkan identitas dan mengetahui hubungan kekerabatan seseorang.
6. Biosafety level 3. Reseach flu burung. Reseach ini dilakukan dengan cara mendiagnosis sejak tahun 2006.

E. Kerjasama
1. Kerja sama internasional Lembaga Eijkman yang penting lainnya ialah penelitian terhadap wabah penyakit di wilayah tropis dengan Novartis Insitute for Tropical Diseases (NITD), Singapura, dan Hasanudin University Clinical Research Initiative (NECHRI) dalam penelitian klinis terhadap penyakit demam berdarah dengue, tuberkulosis, dan malaria. Dengan adanya NECHRI dapat mempercepat proses pembuatan vaksin. Hal ini dikarenakan NECHRI ini memiliki banyak divisi
2. Lembaga Eijkman juga menjalin kerja sama dengan Oxford University yang diberi nama Eijkman- Oxford Clinical Research Unit. Fokus terhadap pelitian mikrobiologi dan HIV










Hasil Pengamatan

Laboratorium yang berada di Lembaga Eijkman, terdiri dari dua laboratorium besar yaitu :
a. Laboratorium 1 untuk meneliti pada keanekaragaman genom manusia, dan mitokondria.
b. Laboratorium 2 untuk meneliti pada kelainan sel darah manusia.

Adapun penyakit-penyakit yang diteliti oleh Lembaga Eijkman, diantaranya:
A. Hepatitis
Virus ini yang menyebabkan penyakit hepatitis. Ada 2 macam penyakit hepatitis, yaitu Hepatitis infectiosa (viral hepatitis A ) dan Hepatitis serum (viral hepatitis B ).
Virus yang menyebabkan penyakit hepatitis adalah virus yang mengandung inti genetiknya yatitu DNA. Kedua menyakit ini menginfeksi pada aliran darah menuju hati setelah masuk ke hati virus tersebut akan melepaskan genom-genomnya tanpa merusak lapisan luar pada hati.
1. Hepatitis Infectiosa (viral hepatitis A)
Penyakit ini disebabkan oleh virus hepatitis A. Penularan melalui makanan dan minuman, dapat juga melalui jarum suntik bekas dipakai menyuntik penderita Hepatitis infectiosa. Virusnya keluar bersama feses penderita. Sering menimbulkan wabah terutama di daerah dipergunakan persediaan air rumah tangga yang buruk, misalnya dari air kali dan selokan.
2. Hepatitis Serum (viral hepatitis B)
Penyakit ini disebabkan oleh penyakit virus hepatitis B. Penularan secara parental, melalui suntikan atau transfuse darah, bias juga menular melalui hubungan kelamin dengan orang yang menderita penyakit ini. Gejala penyakit ini sama dengan hepatitis infectiosa. Sebagian kecil dari kasus serum hepatitis berkembang menjadi Cirrhosis hepatitis atau hepatocellular carcinoma primer.


3. Penyakit Hepatitis C (HCV= Hepatitis C virus)
Penyakit ini menyerang hati yang disebabkan oleh virus Hepatitis C. Virus Hepatitis C masuk ke sel hati, menggunakan mesin genetik dalam sel untuk menduplikasi virus Hepatitis C, kemudian menginfeksi banyak sel lainnya.Sebagian besar kasus infeksi Hepatitis C adalah akut, artinya secara otomatis tubuh membersihkannya dan tidak ada konsekwensinya. Sayangnya 85% infeksi Hepatitis C menjadi kronis dan secara perlahan merusak hati bertahun-tahun. Dalam waktu tersebut, hati bisa rusak menjadi sirosis (pengerasan hati), stadium akhir penyakit hati dan kanker hati.
a. Gejala Hepatitis C
Sering kali orang yang menderita Hepatitis C tidak menunjukkan gejala, walaupun infeksi telah terjadi bertahun-tahun lamanya. Gejala-gejala diantaranya: lelah, hilang selera makan, sakit perut, urin menjadi gelap, kulit atau mata menjadi kuning (disebut "jaundice") jarang terjadi, dan hepatitis C dapat menyebabkan peningkatan enzim tertentu pada hati, yang dapat dideteksi pada tes darah rutin.
b. Penularan Hepatitis C
Penularan Hepatitis C biasanya melalui :
1) Kontak langsung dengan darah atau produknya dan jarum atau alat tajam lainnya yang terkontaminasi.
2) Seringnya mimisan.
3) Hubungan seksual lebih tinggi pada orang yang mempunyai lebih dari satu pasangan.
4) Penularan Hepatitis C jarang terjadi dari ibu yang terinfeksi Hepatitis C ke bayi yang baru lahir atau anggota keluarga lainnya. Walaupun demikian, jika sang ibu juga penderita HIV positif, resiko menularkan Hepatitis C sangat lebih memungkinkan. Menyusui tidak menularkan Hepatitis C.
5) Jika anda penderita Hepatitis C, anda tidak dapat menularkan Hepatitis C ke orang lain melalui pelukan, jabat tangan, bersin, batuk, berbagi alat makan dan minum, kontak biasa, atau kontak lainnya yang tidak terpapar oleh darah. Seorang yang terinfeksi Hepatitis C dapat menularkan ke orang lain 2 minggu setelah terinfeksi pada dirinya.
c. Pencegahan
Cara mencegah penyebaran penyakit ini adalah :
1) Menjaga kebersihan makanan dan minuman.
2) Meningkatan kebersihan lingkungan terutama perbaikan persediaan air untuk keperluan rumah tangga.
3) Menghindari penggunaan jarum suntik yang besamaan.
4) Menghindari penggunaan sikat gigi, pisau cukur atau gunting kuku dengan orang yang terinfeksi hepatitis.
5) Transfusi darah , jika anda akan menerima darah dari orang lain sebaiknya daah tersebut harus bener-bener sehat dan terbebas dari pengakit.
6) Biasakan hidup bersih dan hygienis.

B. Kelainan Darah
1. Thalasemia
Thalasemia merupakan salah satu jenis anemia hemolitik dan merupakan penyakit keturunan yang diturunkan secara autosomal yang paling banyak dijumpai di Indonesia dan Italia. Talasemia ini disebabkan karena umur sel darah merahnya berumur pendek. Kalau sepasang yang tenderita talasemia dari mereka menikah, kemungkinan untuk mempunyai anak penderita talasemia berat adalah 25%, 50% menjadi pembawa sifat (carrier) talasemia, dan 25% kemungkinan bebas talasemia. Sebagian besar penderita talasemia adalah anak-anak usia 0 hingga 18 tahun.
Thalasemia terdiri dari beberapa macam, dilihat dari jenis rantai globin apa yang terganggu. Berdasarkan dasar klasifikasi tersebut, maka terdapat beberapa jenis talasemia, yaitu talasemia alfa, beta, dan delta.
a. Thalasemia alfa
Pada thalasemia alfa, terjadi penurunan sintesis dari rantai alfa globulin. Dan kelainan ini berkaitan dengan delesi pada kromosom 16. Akibat dari kurangnya sintesis rantai alfa, maka akan banyak terdapat rantai beta dan gamma yang tidak berpasangan dengan rantai alfa. Maka dapat terbentuk tetramer dari rantai beta yang disebut HbH dan tetramer dari rantai gamma yang disebut Hb Barts. Thalasemia alfa sendiri memiliki beberapa jenis.
b. Thalasemia beta
Disebabkan karena penurunan sintesis rantai beta. Dapat dibagi berdasarkan tingkat keparahannya, yaitu talasemia mayor, intermedia, dan karier. Pada kasus talasemia mayor Hb sama sekali tidak diproduksi. Mungkin saja pada awal kelahirannya, anak-anak talasemia mayor tampak normal tetapi penderita akan mengalami anemia berat mulai usia 3-18 bulan. Jika tidak diobati, bentuk tulang wajah berubah dan warna kulit menjadi hitam. Selama hidupnya penderita akan tergantung pada transfusi darah. Ini dapat berakibat fatal, karena efek sampingan transfusi darah terus menerus yang berupa kelebihan zat besi (Fe).

2. Pencegahan dan Pengobatan
Untuk mencegah terjadinya talasemia pada anak, dilakukan hal :
a. Pasangan yang akan menikah perlu menjalani tes darah, baik untuk melihat nilai hemoglobinnya maupun melihat profil sel darah merah dalam tubuhnya.
b. Pre natal atau tindakan sebelum lahir. Wanita hamil yang mempunyai risiko mengandung bayi talasemia dapat melakukan uji untuk melihat apakan bayinya akan mederita talasemia atau tidak. Di Indonesia, uji ini dapat dilakukan di Yayasan Geneka Lembaga Eijkman di Jakarta. Uji ini melihat komposisi gen-gen yang mengkode Hb.
Dua cara yang dapat ditempuh untuk mengobati talasemia adalah transplantasi sumsum tulang dan teknologi sel punca (stem cell).

3. Mutasi Thalasemia dan Resistensi terhadap Malaria
Penelitian menunjukkan kemungkinan bahwa pembawa sifat talasemia diuntungkan dengan memiliki ketahanan lebih tinggi terhadap malaria. Secara teoritis, evolusi pembawa sifat talasemia dapat bertahan hidup lebih baik di daerah endemi malaria seperti di Indonesia.

C. Tuberculosis
Penyakit ini diteliti oleh Eijkman bersama Lembaga Novartis dan Hasanudin. Penyakit ini merupakan penyakit yang mudah menular. Penyakit TBC adalah merupakan suatu penyakit yang tergolong dalam infeksi yang disebabkan oleh bakteri Mikobakterium tuberkulosa. Penyakit TBC dapat menyerang pada siapa saja tak terkecuali pria, wanita, tua, muda, kaya dan miskin serta dimana saja. Di Indonesia khususnya, Penyakit ini terus berkembang setiap tahunnya dan saat ini mencapai angka 250 juta kasus baru diantaranya 140.000 menyebabkan kematian. Bahkan Indonesia menduduki negara terbesar ketiga didunia dalam masalah penyakit TBC ini.
1. Penyebab Penyakit (TBC)
Penyakit TBC disebabkan oleh bakteri Mikobakterium tuberkulosa, Bakteri ini berbentuk batang dan bersifat tahan asam sehingga dikenal juga sebagai Batang Tahan Asam (BTA). Jenis bakteri ini pertama kali ditemukan oleh seseorang yang bernama Robert Koch pada tanggal 24 Maret 1882, Untuk mengenang jasa beliau maka bakteri tersebut diberi nama baksil Koch. Bahkan penyakit TBCpada paru-paru pun dikenal juga sebagai Koch Pulmonum (KP).

2. Cara Penularan Penyakit TBC
Penularan penyakit TBC adalah melalui udara yang tercemar oleh Mikobakterium tuberkulosa yang dilepaskan/dikeluarkan oleh si penderita TBC saat batuk, dimana pada anak-anak umumnya sumber infeksi adalah berasal dari orang dewasa yang menderita TBC. Bakteri ini masuk kedalam paru-paru dan berkumpul hingga berkembang menjadi banyak (terutama pada orang yang memiliki daya tahan tubuh rendah), Bahkan bakteri ini pula dapat mengalami penyebaran melalui pembuluh darah atau kelenjar getah bening sehingga menyebabkan terinfeksinya organ tubuh yang lain seperti otak, ginjal, saluran cerna, tulang, kelenjar getah bening dan lainnya meski yang paling banyak adalah organ paru.
Seseorang dengan kondisi daya tahan tubuh (Imun) yang baik, bentuk tuberkel ini akan tetap dormant sepanjang hidupnya. Lain hal pada orang yang memilki sistem kekebelan tubuh rendah atau kurang, bakteri ini akan mengalami perkembangbiakan sehingga tuberkel bertambah banyak. Sehingga tuberkel yang banyak ini berkumpul membentuk sebuah ruang didalam rongga paru, Ruang inilah yang nantinya menjadi sumber produksi sputum (riak/dahak). Maka orang yang rongga parunya memproduksi sputum dan didapati mikroba tuberkulosa disebut sedang mengalami pertumbuhan tuberkel dan positif terinfeksi TBC.
Berkembangnya penyakit TBC di Indonesia ini tidak lain berkaitan dengan memburuknya kondisi sosial ekonomi, belum optimalnya fasilitas pelayanan kesehatan masyarakat, meningkatnya jumlah penduduk yang tidak mempunyai tempat tinggal dan adanya epidemi dari infeksi HIV. Hal ini juga tentunya mendapat pengaruh besar dari daya tahan tubuh yang lemah/menurun, virulensi dan jumlah kuman yang memegang peranan penting dalam terjadinya infeksi TBC.

3. Gejala Penyakit TBC
Gejala penyakit TBC digolongkan menjadi dua bagian, yaitu gejala umum dan gejala khusus. Sulitnya mendeteksi dan menegakkan diagnosa TBC adalah disebabkan gambaran secara klinis dari si penderita yang tidak khas, terutama pada kasus-kasus baru.
a. Gejala umum (Sistemik)
1) Demam tidak terlalu tinggi yang berlangsung lama, biasanya dirasakan malam hari disertai keringat malam. Kadang-kadang serangan demam seperti influenza dan bersifat hilang timbul.
2) Penurunan nafsu makan dan berat badan.
3) Batuk-batuk selama lebih dari 3 minggu (dapat disertai dengan darah).
4) Perasaan tidak enak (malaise), dan lemah.


b. Gejala khusus (Khas)
1) Kalau ada cairan dirongga pleura (pembungkus paru-paru), dapat disertai dengan keluhan sakit dada.
2) Bila mengenai tulang, maka akan terjadi gejala seperti infeksi tulang yang pada suatu saat dapat membentuk saluran dan bermuara pada kulit di atasnya, pada muara ini akan keluar cairan nanah.
3) Pada anak-anak dapat mengenai otak (lapisan pembungkus otak) dan disebut sebagai meningitis (radang selaput otak), gejalanya adalah demam tinggi, adanya penurunan kesadaran dan kejang-kejang.
4. Pengobatan Penyakit TBC
Pengobatan bagi penderita penyakit TBC akan menjalani proses yang cukup lama, yaitu berkisar dari 6 bulan sampai 9 bulan atau bahkan bisa lebih. Penyakit TBC dapat disembuhkan secara total apabila penderita secara rutin mengkonsumsi obat-obatan yang diberikan dokter dan memperbaiki daya tahan tubuhnya dengan gizi yang cukup baik.
Selama proses pengobatan, untuk mengetahui perkembangannya yang lebih baik maka disarankan pada penderita untuk menjalani pemeriksaan baik darah, sputum, urine dan X-ray atau rontgen setiap 3 bulannya. Adapun obat-obatan yang umumnya diberikan adalah Isoniazid dan rifampin sebagai pengobatan dasar bagi penderita TBC, namun karena adanya kemungkinan resistensi dengan kedua obat tersebut maka dokter akan memutuskan memberikan tambahan obat seperti pyrazinamide dan streptomycin sulfate atau ethambutol HCL sebagai satu kesatuan yang dikenal 'Triple Drug'.



D. Penyakit Malaria
Penyakit Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh protozoa parasit yang merupakan golongan Plasmodium, dimana proses penularannya melalui gigitan nyamuk Anopheles. Protozoa parasit jenis ini banyak sekali tersebar di wilayah tropik, misalnya di Amerika, Asia dan Afrika.
Ada empat type plasmodium parasit yang dapat meng-infeksi manusia, namun yang seringkali ditemui pada kasus penyakit malaria adalah Plasmodium falciparum and Plasmodium vivax. Lainnya adalah Plasmodium ovale dan Plasmodium malariae.
1. Tanda dan Gejala Penyakit malaria
Masa tunas / inkubasi penyakit ini dapat beberapa hari sampai beberapa bulan yang kemudian barulah muncul tanda dan gejala yang dikeluhkan oleh penderita seperti demam, menggigil, linu atau nyeri persendian, kadang sampai muntah, tampak pucat / anemis, hati serta limpa membesar, air kencing tampak keruh / pekat karena mengandung Hemoglobin (Hemoglobinuria), terasa geli pada kulit dan mengalami kekejangan.
Namun demikian, tanda yang klasik ditampakkan adalah adanya perasaan tiba-tiba kedinginan yang diikuti dengan kekakuan dan kemudian munculnya demam dan banyak berkeringat setelah 4 sampai 6 jam kemudian, hal ini berlangsung tiap dua hari. Diantara masa tersebut, mungkin penderita merasa sehat seperti sediakala. Pada usia anak-anak serangan malaria dapat menimbulkan gejala aneh, misalnya menunjukkan gerakan / postur tubuh yang abnormal sebagai akibat tekanan rongga otak. Bahkan lebih serius lagi dapat menyebabkan kerusakan otak.
2. Pengobatan Penyakit Malaria
Berdasarkan pemeriksaan, baik secara langsung dari keluhan yang timbul maupun lebih berfokus pada hasil laboratium maka dokter akan memberikan beberapa obat-obatan kepada penderita. Diantaranya adalah pemberian obat untuk menurunkan demam seperti paracetamol, vitamin untuk meningkatkan daya tahan tubuh sebagai upaya membantu kesembuhan.
Sedangkan obat antimalaria biasanya yang dipakai adalah Chloroquine, karena harganya yang murah dan sampai saat ini terbukti efektif sebagai penyembuhan penyakit malaria di dunia. Namun ada beberapa penderita yang resisten dengan pemberian Chloroquine, maka beberapa dokter akan memberikan antimalaria lainnya seperti Artesunate-Sulfadoxine/pyrimethamine, Artesunate-amodiaquine, Artesunat-piperquine, Artemether-lumefantrine, dan Dihidroartemisinin-piperquine.
3. Pencegahan Penyakit Malaria
Pencegahan penyakit malaria dapat dilakukan dengan Pembersihan Sarang Nyamuk (PSN), berusaha menghindarkan diri dari gigitan nyamuk, atau upaya pencegahan dengan pemberian obat Chloroquine bila mengunjungi daerah endemik malaria.

















DAFTAR PUSTAKA


http://www.eijkman.go.id/Kami/VisiMisi

http://www.infopenyakit.com/2007/12/penyakit-hepatitis.html

http://www.infopenyakit.com/2007/12/penyakit-tuberkulosis-tbc.html

http://www.infopenyakit.com/2008/04/penyakit-malaria.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar