Sabtu, 16 April 2011

SITOSKELETON

SITOSKELETON
Sitoskeleton atau kerangka sel adalah jaring berkas-berkas protein yang menyusun sitoplasma eukariota. Jaring-jaring ini terdiri dari tiga tipe dasar, yaitu mikrofilamen, mikrotubulus (jamak: mikrotubuli), dan intermediat filamen. Ketiga filamen ini terhubung satu sama lain dan saling berkoordinasi. Dengan adanya sitoskeleton, sel dapat memiliki bentuk yang kokoh, berubah bentuk, mampu mengatur posisi organel, berenang, serta merayap di permukaan.



A B
Gambar 1. Struktur Sitoskeleton
http://biologikuasyik.blogspot.com/2009/07/sitoskeleton.html
Pada gambar B. Aktin digambarkan dengan warna merah dan mikrotubulus dengan warna hijau. Struktur berwarna biru ialah inti sel.
Sitoskeleton juga terlibat dalam beberapa jenis motilitas (gerak) sel. Istilah motilitas mencakup perubahan tempat sel maupun pergerakan bagian sel yang terbatas. Motilitas sel umunya membutuhkan interaksi sitoskeleton dengan prottein yang disebut molekul motor. Molekul ini menyebabkan sel otot berkontraksi. Vesikula mungkin berjalan ke tujuannya dalam sel di sepanjang “mono-sel” yang disediakan oleh sitoskeleton, dan sitoskeleton memanipulasi membran plasma untuk membentuk vakuola makanan selama fagositosis. Aliran sitoplasma yang mensirkulasi materi dalam banyak sel tumbuhan besar merupakan jenis lain gerak seluler yang disebabkan oleh komponen sitoskeleton.

Adapun Fungsi Sitoskeleton sebagai berikut:
1. Memberikan kekuatan mekanik pada sel dan mempertahankan bentuknya.
2. Menjadi kerangka sel.
3. Membantu gerakan substansi dari satu bagian sel ke bagian yang lain.
4. Pengaturan aktivitas biokimia dalam sel.

Tiga jenis serabut yang membentuk sitoskeleton
1. Mikrotubula
Mikrotubula adalah tabung yang disusun dari mikrotubulin dan bersifat lebih kokoh dari aktin. Mikrotubula memiliki dua ujung yaitu ujung negatif yang terhubung dengan pusat pengatur mikrotubula, dan ujung positif yang berada di dekat membran plasma. Organel dapat meluncur di sepanjang mikrotubula untuk mencapai posisi yang berbeda di dalam sel, terutama saat pembelahan sel.
Mikrotubula ditemukan dalam sitoplasma semua sel eukariotik. Strukturnya berupa batang lurus dan berongga (diameter sekitar 25 nm dan panjang 200 nm-25 µm). Dinding tabung berongga dibangun dari protein globular yang disebut tubulin. Ada dua jenis protein tubulin penyusun tubulin, yaitu tubulin α dan tubulin β
Fungsi mikrotubula, yaitu:
a. Memberi bentuk dan mendukung sel.
b. Mengatur posisi organel di dalam sel.
c. Sebagai jalur yang dapat digunakan organel yang dilengkapi dengan molekul motor untuk dapat bergerak.
d. Pergerakan kromosom dalam pembelahan sel.
Mikrotubula berguna dalam pembentukan sentriol, flagela dan silia.
A. Sentrosom dan Sentriol
Dalam banyak sel, mikrotubula tumbuh dari sentrosom. Mikrotubula ini berfungsi sebagai balok penahan tekanan sitoskeleton. Di dalam sentrosom sel hewan terdapat sepasang sentriol, masing-masing tersusun atas sembilan pasang triplet mikrotubula yang tersusun ke dalam suatu cincin. Apabila sel membelah, sentriol ini bereplikasi membentuk benang-benang gelendong inti.
Sentriol adalah struktur berbentuk tabung yang terbentuk dari mikrotubulus dengan lebar 0,2 μm dan panjangnya 0,4 μm. Sentriol berfungsi membentuk benang spindel untuk memisahkan kromosom.

B. Silia dan flagela
Dalam eukariota, susunan khusus mikrotubula bertanggung jawab menggetarkan flagela dan silia. Silia adalah benang tipis setebal 0,25 μm dengan bundel mikrotubulus di bagian intinya. Dinding dari silia adalah 9 pasang mikrotubulus dan bagian tengah dari benang ini adalah 2 mikrotubulus yang tidak berpasangan. Struktur ini sering disebut sebagai "Struktur 9+2". Silia berfungsi menggerakkan fluida di permukaan sel dan menggerakkan sel di dalam fluida. Flagella berdiameter sama tetapi lebih panjang daripada silia, yaitu berukuran panjang 10-200 µm. selain itu, jumlah flagella hanya satu atau beberapa untuk setiap sel.





Gambar 2. Struktur Mikrotubulus (Salah satu sitoskeleton)

Gambar 3. Bagian-bagian dari Mikrotubulus
2. Mikrofilamen atau filamen aktin
Mikrofilamen adalah rantai ganda protein yang saling bertaut dan tipis, terdiri dari protein yang disebut aktin (suatu protein globular) dan miosin (seperti pada otot). Mikrofilamen berdiameter antara 5-6 nm. Mikrofilamen berperan dalam pergerakan sel k. dan peroksisom (Badan Mikro). Organel ini senantiasa berasosiasi dengan organel lain, dan banyak mengandung enzim oksidase dan katalase (banyak disimpan dalam sel-sel hati).
Mikrofilamen berperan dalam pergerakan sel, khususnya sebagai alat kontraksi sel otot. Ribuan filamen aktin disusun sejajar satu sama lain di sepanjang sel otot, yang diselilingi dengan filamen yang lebih tebal yang terbentuk dari protein disebut miosin. Kontraksi sel otot terjadi akibat filamen aktin dan miosin saling meluncur melewati yang lain, yang akan memperpendek selnya. Kedua jenis protein ini berperan untuk pergerakan, misalnya aliran sitoplasma pada sel tumbuhan (siklosis), dan gerak amoeboid pada Protozoa.
3. filament Intermediat
Filamen intermediat, dinamai berdasarkan diameternya yaitu 8-12 nm, berbentuk pembuluh, tersusun atas 4-5 protofilamen yang tersusun melingkar, bersifat liat, stabil, dan tersusun atas protein fibrosa. Sebagaian besar filamen intermediat berfungsi untuk menyokong sel dan inti sel. Letak filamen ini biasanya terpusat disekitar inti. Pada sel epitel, filamen intermediat membentuk anyaman yang berfungsi untuk menahan tekanan dari luar. Contoh filamen intermediat antara lain adalah kertin, vimentin, neurofilamen, lamina nuklear, dan keratin.
Filamen intermediat ialah peralatan sel yang lebih permanen daripada mikrofilamen dan mikrotubula, yang sering dibongkar-pasang dalam berbagai macam bagian sel. Filamen intermediat memberi kekuatan mekanis pada sel sehingga sel tahan terhadap tekanan dan peregangan yang terjadi pada dinding sel. Filamen ini juga memberi kekuatan pada dinding sel. Misalnya, nukleus yang umumnya terletak dalam suatu tempat yang terbuat dari filamen intermediat, tetap berada di tempatnya karena adanya cabang-cabang filamen yang membentang ke dalam sitoplasma.
Pembentukan filamen intermediat juga didasarkan pada polimerisasi filamen. Dua monomer filamen bergabung membentuk struktur coil. Dimer ini akan bergabung dengan dimer lainnya membentuk tetramer, tetapi posisinya saling tidak paralel. Ketidakparalelan ini membuat tetramer dapat berasosiasi dengan tetramer lain (mirip struktur penyusunan batu bata). Pada akhirnya, tetramer-tetramer bergabung membentuk sebuah array heliks.



.





SUMBER:
Campbell, N.A, dkk. 2002. Biology, Fifth Edition Jilid I . Erlangga. Jakarta
http://biologi.blogsome.com/2007/06/18/sitoskeleton-2/
http://biologikuasyik.blogspot.com/2009/07/sitoskeleton.html

1 komentar: